23 April 2013

bermain sambil belajar


Apa pendapat mu tentang pendidikan anak di usia dini ?
“penting” dengan begitu kita sudah membentuk anak dari kecil, agar mereka menjadi pribadi yang lebih siap dan cerdas. Selain itu juga melatih imajinasi anak, dan mengarahkan kepada hal yang baik. Karena pada usia dini, anak berada pada masa-masa kreatif dengan imajinasi yang unik, kenapa unik, karena anak kecil pada umumnya tidak akan pernah berpikir apa pun yang sulit, yang tidak enak. Semuanya adalah hal yang indah, penuh kesenangan, dan meriah.
Model pendidikan yang cocok untuk anak usia dini, adalah “bermain” bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain. Anak pada usia dini, jauh lebih cepat merasa jenuh ketimbang anak remaja. Sehingga tidak tepat kalau kita mengajarkan banyak hal dalam waktu yang lama, teori pun tidak harus disampaikan lebih dari sepuluh menit.
Ketika KKN dulu, saya merasa terpanggil untuk mengajar di Tk, karena wilayah dakwah juga tidak lepas dari pendidikan, selain juga teman tidak ada yang mau mengajar di Tk. Bila mengingat waktu itu, rasanya ingin tertawa trerus. Bagaimana tidak, dalam kelompok saya kami ada sebelas orang, setiap pagi kami membagi tugas untuk mengisi jam pelajaran, sekaligus dakwah, mengenalkan Pesantren kepada masyarakat, khususnya para pelajar.
Sebenarnya ketika itu sudah dibagi pembagian tugas ngajar, ada yang di tingkat MTS ada yang MA dan MAK dan ada yang di Tk, ini agenda untuk pagi hari… buat teman yang mengajar di tingkat MTs ke atas.. tidak ada masalah, hanya saja yang di Tk tidak cocok sama sekali,, saya masih ingat betul kata teman waktu itu “saya sebenarnya sudah siap, ngajar anak Tk, tapi baru masuk saja mereka sudah nangis,,,” (hehehe,,) hari pertama gagal misi dakwah di kalangan anak Tk.. besoknya, mau tidak mau, saya menggantikan teman mengisi di Tk, di sana saya didampingi dua orang ibu guru, yang ternyata masih sepantaran dengan saya usianya, jadi saya tidak merasa canggung untuk memberi instruksi, sekaligus minta arahan .. (hehehe… maklum belum pantes jadi bapak) hari pertama saya bercerita tentang seorang petani yang memiliki banyak hewan piaraan.. ada sapi, kambing, dan ayam. Cerita saya itu ternyata sangat menarik sekali, dan hari kedua saya sukses mengajar di Tk.
Tapi besoknya, para ibu-ibu, meminta saya saja yang mengajar, karena anak-anak jadi lebih semangat, dan tidak rewel… pengalaman saya selama mengajar anak Tk, itu banyak sekali. Anak kecil itu punya sifat aktif, pada dasarnya semua anak itu kreatif dan aktif, mereka seolah memiliki tenaga ekstrra dalam hal “bermain”. Tapi tetap saja tiap-tiap anak berbeda, ketika saya mendapati ada salah seorang anak yang tidak terlalu bereaksi seperti teman-temannya, saya coba beri ia perhatian lebih, namanya bunga, setelah saya perhatikan, ternyata dia sudah minder lebih dulu, dia sudah tidak percaya diri, dan dia merasa lemah. Awalnya sangat susah membuat dia ceria, karena dia tipe pendiam dan mungkin factor kluarga yang membuatnya menjadi diam sehingga tampak seperti pemurung.. setelah diberi perhatian lebih, saya selalu menjadikan dia yang hebat, saya memancing dia untuk berbicara, memberikan pertnyaan yang sebnarnya juga bisa d jawab teman lainnya, tapi saya membenarkan jawabannya yang paling bagus, di lain sisi saya ingin membuatnya berani, dan di lain sisi lagi saya ingin membuat temannya juga menaruh perhatian kepadanya. Dan terbukti, dalam acara permainan kelompok, ia bisa bkerja sama dengan teman yang lain.
Pernah juga pada hari ketiga, ada anak yang berkelahi, msalah sepele, hanya karena pensil yang di pinjam patah, saya lupa nama mereka berdua, tapi wajahnya masih tergambar jelas dalam memori ingatan saya. Untungnya dalam perkelahian itu mereka berdua sama-sama nangis, jadi tidak ada yang akan bersifat superior atau merasa hebat. Saya akui mengurus anak sedemikian banyak itu butuh tenaga ekstra, bahkan tidak bisa sendiri, buktinya saya kecolongan dengan perkelahian kecil ini. Setelah melerai mereka berdua, akan sangat tidak bijaksana bila saya menyalahkan salah satunya, saya langusng coba berdialog, dengan memulai, kenapa kalian bisa berkelahi,, dan masing-masing mereka punya jawaban sendiri, yang A menjawab, dia mematahkan pensil saya, yang B menjawab, tidak.. pensilnya memang patah. Ketika itu saya bingung, kalau sampai salah memutuskan, tentu ada yang merasa dirugikan. Pada A saya menjawab, ya sudah… pensil itu memang mudah patah, mungkin dia tidak sengaja, sini biar ust, yang raut kembali, biar lebih bagus, jadi tidak usah berkelahi, berkelahi itu tidak akan buat pensil kamu kembali jadi bagus, lebih baik, memberinya pengraut, dan suruh dia menajamkan pensil itu lagi, kan seperti tu bagus. Keapda si B saya menjawab, owh,,, iya, mungkin dia salah mengira, kamu tidak harus marah, ketika teman mu menuduh sesuatu yang tidak kamu kerjakan, tapi kalau benar kamu yang merusak, kan lebih bagus meminta maaf. Minta maaf tu bagus, yang tidak bagus tu tdk mau mnta maaf,  jadi tidak usah kelahi, anak pintar bukan yang suka berkelahi, kalau pensilnya patah, kan kamu bisa pinjam pengraut, dan raut lagi pensilnya.  Setelah penjelasan panjang lebar sudah selesai, akhirnya mereka berdua, bisa saling memaafkan. Dan hebatnya anak kecil itu, ia lebih cepat melupakan kesalahan temannya dan kemudian akrab lagi. Terbukti setelah itu, mereka bisa tertawa lagi bersama, padahal sebelumnya nangis. Terus mereka bisa bermain bersama. Beda jauh dengan orang dewasa, bisa dendam bertahun-tahun… hehehe.
Tapi ada juga sisi jeleknya anak-anak,, kalau udah melihat temannya berantem, itu bukan di lerai atau di pisah,. Tapi malah di sorakin… “ayo ayo. Ayo..”  seolah seprti nonton pertnjukan tarung bebas. Dan satu hal juga, yang menarik dan masih saya ingat jelas, ada salah satu dari mereka, yang putri, seolah mencari perhatian lebih,, (maklum ustnya cakep… hahaha)  ya setiap plajaran nulis,, selalu selesai duluan dan minta di koreksi,, kalau udah dikoreksi,, duduknya deket-deket,, wah,, pokonya lucu.
Di hari terakhir KKn, saya merasa senang sekali campur haru, akhirnya, sampai  juga pada hari terakhir, hari perpisahaan, ketika itu suasana lebih hening, tidak ada yang berbicara kecuali saya, anak-anak semua mendengarkan… tidak ada yang menangis, tapi semua merasa sedih.. (hehe,,, ust cakep mau pulang ) ada ibu-ibu jga yang hadir…. Setelah menyanyikan lgu sayonara… ternyata anak-anak itu membawa hadiah, kado masing-masing dalam tas mereka… (wahahahaa…sampai d kamr semua teman iri,,, knapa gak ada yang mau ngajr Tk) trus para ibu, juga pada ngasih amplop (yang psti gak kosong,.,, hehehe)
Itu pengalaman saya yang paling berkesan selama KKn, di Pamekasan. Di Pondok Psantren Al-Falah..  saya juga banyak mengisi kegiatan di MAK, diniyah sore… dan les-les kebahasaan,, semua itu indah, dan ingin rasanya kembali,, untuk memberikan yang terbaik dan lebih baik…

bila doa tidak terjawab



Kita tidak pernah tau kapan akan datang hidayah kepada kita, dan kita juga tidak pernah tau, apa yang akan terjadi esok. Mulai detik ini berniatlah untuk melakukan kebaikan sekecil apa pun itu. Toh kita tidak tau, apakah yang kita niatkan itu mampu kita laksanakan semuanya… atau sebaliknya, lepas.
Dalam salah satu riwayat dikatakan, “niat baik mu telah dicatat amal,, sedang niat buruk mu, belum dicatat kejahatan sampai niat tu dikerjakan” logikanya, kalau niat baik saja kita mendapat catatan amal kebaikan apalagi sampai mengerjakannnya, ini adalah salah satu keutamaan niat dalam hal kebaikan.
Temen sekamar pernah bertanya, “kenapa saya doa tidak pernah d kabulkan, apakah saya salah doa, atau ktika itu Tuhan tidak dengar.. ?” ketika itu saya susah mau jawab, bingung juga… kalau sampai salah jawab tnggungannya besar. Tapi saya teringat dulu pernah mendengar penjelasan salah seorang ustad. Doa itu sebenarnya semua didengar oleh Allah, hanya saja, ada yang langsung d kabulkan ketika itu juga, ada yang di tunda sampai beberapa waktu dan ada yang baru diberikan setelah kiamat nanti.
Kemudian teman masih belum terima dengan apa yang saya jelaskan, dia mendebat saya dengan mengatakan, “Allah berfirman dalam Al-Qur’an… “ud’uni astajib lakum-berdoalah kepadaku, niscaya akan Aku kabulkan doa itu” secara tegas Allah menyatakan, berdoalah.. maka akan Ku kabulkan, mintalah maka akan Ku beri..  ini kan sama saja berbohong, kalau sampai tidak mengabulkan.. saya terkejut, Subhanallah, saya mengajak teman ini untuk beristigfar, kita salah kalau berprasangka demikian kepada yang maha Kasih lagi maha penyayang, kita bisa berpikir dan berpendapat seprti ini karena nikmat dan karunia dariNya semata.
Saat dia tenang, saya mulai menjelaskan kembali. Doa tidak dikabulkan itu karena ada sebabnya, boleh jadi doa itu terhalang, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis, doa akan menggantung dilangit bila tidak disertakan solawat kepada nabi. Dan sebab kedua, mungkin hatimu telah “mati” karena hati adalah jalan penyambung komunikasi kepada Allah, hati yang mati tentu tidak ada getaran saat berdoa, dan itu sudah dapat kamu rasakan sebenarnya, bila hatimu hidup, tentu kamu akan bersungguh dlam berdoa, penuh harap dan takut.. sebab mengapa hatimu mati, boleh jadi, kamu membaca Al-qur’an tapi tidak pernah mengamalkan apa yang menjdi point penting dalm Al-quran tersebut, kamu rajin mengaji, membacanya setiap habis solat, tapi tidak pernah kamu kerjakan apa yang ada didalamnya, lebih-lebih kalau kamu justru ingkar dan melanggarnya, itu sama saja kamu memperolok-olok Al-qur’an, kita harus ingat, orang yang paling celaka nanti adalah mereka yang tahu dan paham ilmu Allah tapi justru yang melanggar aturan dan hukum tersebut. Ingatlah siksa Allah itu pedih, tidak harus saya memperjelas panjang lebar bagaimana siksa untuk orang yang secara dzolim dan terang-terangan menyalahi aturan sedang ia sudah tau dari hukum tersebut.
Kemudian, boleh jadi hati itu mati, karena kamu percaya bahwa “mati/maut/ajal pasti tiba” tapi kamu justru tidak mempersiapkannya..
Hati ini sangat sensitif sekali, halus, dan murni.. dari semua anggota tubuh yang Allah ciptakan, maka hati ini lah yang paling berperan penting untuk pembentukan jiwa dan karakter seseorang, hingga d sebut hati nurani, istilah kerennya lagi “hati tidak pernah bohong”  orang yang beriman, ketika dibacakan padanya ayat Al-qur’an bergetar hatinya, nah,, apakah kita sama.. ? apakah saat dbacakan Al-Qur’an hati kita bergetar, jawab sendiri dalam hati dan rasakan sendiri. Sungguh bila hati telah mati, maka matilah semuanya, bila hati telah buta, maka semua akan terlihat sama, tak ada lagi buruk dan salah.
Di lain sisi kita juga belajar, waktu kapan saja yang mustajabah untuk berdoa, boleh jadi doa itu tidak dikabulkan karena kamu berdoa bukan pada waktu yang mustajabah, sehingga doa itu tertahan dan tidak dikabulkan sesuai dengan harapan. Saat-saat yang mustajabah dalam berdoa itu ada di waktu antara adzan dan iqomah, antara dua khutbah pada hari jum’at, dan sepertiga malam saat solat tahajud. Kemudian juga ada beberapa tempat yang mustajabah, seperti di makah dan madinatul munawaroh.. (jadi ingat seseorang).
Intinya, sebanyak apa pun kita berdoa, jgn bernah berpikir doa kita tidak di dengar, tapi coba introspeksi diri,, coba evaluasi kembali, sejauh mana kita taat dan patuh kepada Allah yang kita mintai itu, dalam surah Al-Fatihah jelas…. Kita itu Na’budu dulu, baru Nasta’in… beribadah dulu baru mnta sesuatu,,. Urutannya kan seperti itu, jadi ini sudah jelas, dan saya kira cukup.
Buat teman yang lain semoga tulisan ini bermanfaat, saya sangat senang sekali kalau ada teman yang ingin sering, dan berbagi pengalaman, agar kita tidak termasuk orang yang menyembunyikan nikmat Allah..

21 April 2013

kisah seekor laba-laba



Tadi pagi anak-anak sangat antusias sekali meski tidak semuanya, maklum masih baru aktif kembali setelah ujian mid semester. Apalagi nilai hasil ujian masih belum dibagikan, giroh mereka untuk belajar menjadi kurang, hal ini justru menantang saya untuk “bagaimana membuat mereka semangat lagi” dan menikmati pelajaran yang akan saya ajarkan.
Saya yakin semua orang menyukai cerita, karena cerita itu punya karakter yang unik, dan akan indah lagi bila cerita itu disampaikan dengan kata-kata. Dan tadi pagi saya “bercerita” karena memang itu yang menjadi pelajaran tadi pagi. Bagi yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren mungkin sedikit bingung dengan apa yang saya ajarkan ini, buat teman pembaca- pagi ini saya mengajarkan pelajaran mutola’ah… kalau dalam bahasa indonesia, adalah “cerpen” tapi ini bukan sekedar cerpen biasa, ini adalah cerita pilihan yang sarat akan makna moral dan pendidikan, dan nilai lebih lainnya, cerita ini disampaikan dengan bahsa arab. Jadi selain menambah wawasan, cerita ini juga membantu para murid menyusun kata-kata yang indah seperti yang ada dalam cerita.
Cerita itu akan saya ceritakan kembali dalam tulisan ini, tapi tidak dengan bahasa arab, agar kita semua bisa membaca dan menikmatinya bersama. Toh apa yang saya dapat dalam cerita ini belum tentu sebagus apa yang nantinya kalian pahami. Karena kita mempunya nalar dan pemikiran sendiri.
Cerita ini berjudul “hilatul ankabut” artinya “usaha seekor laba-laba” dikisah kan ada seorang lelaki yang membawa sebuah tongkat panjang. Kemudian tongkat itu ia tenggelamkan dalam sebuah kolam yang tidak jauh dari tepi kolam. Setelah itu ia meletakkan seekor laba-laba kecil di ujung tongkat itu, dan kemudian ia memperhatikan apa yang akan dilakukan laba-laba kecil itu. Tidak lama kemudian laba-laba itu turun ke bawah berjalan dengan sangat pelan sekali, akan tetapi setelah sampai kepada ujung tongkat yang mengenai air, laba-laba itu tidak menemukan jalan semuanya adalah air, si laba-laba ini seolah tidak menyerah, ia berganti arah dengan mengelilingi tongkat itu secara perlahan berharap akan ada jalan keluar, akan tetepi usahanya tetap tidak membuahkan hasil, ia tetap tidak menemukan jalan keluar.
Si laba-laba ini pun kembali lagi ke atas, sesampainya di ujung tongkat itu, laba-laba ini berhenti seolah-olah ia tampak berpikir, usaha apa kiranya yang dapat menyelamatkannya dari kurungan bahaya yang telah di buat untuknya. Tiba-tiba dari perut bagian belakangnya keluar sebuah benang tipis yang sangat kecil sekali dan panjang. Benang itu menempel di ujung tongkat dan sebagian lagi terbang melayang mengikuti udara, yang akhirnya benang itu mengenai sebuah pohon kecil yang berada tidak jauh dari kolam itu. Dengan ini, laba-laba itu berhasil membuat jembatan sendiri yang kemudian ia pakai untuk menyebrangi kolam. Laba-laba ini selamat dan sukses menyelesaikan masalahnya dengan usahanya sendiri.
Dan laki-laki yang dari tadi memperhatikannya, merasa takjub dan bertambah keimanannya kepada Allah, ia yakin bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan satu pun mahluknya melankan Allah lengkapi dengan kelebihan yang ia mampu untuk menyelesaikan setiap masalahnya sendiri. Seperti apa yang dilakukan laba-laba ini.
Inti dari cerita ini, mengajarkan kita untuk tidak menyerah dan mudah putus asa, terhadap masalah apa pun itu. “la yukallifu Allah illa wus a’haa” sesungguhnya Allah tidak membebankan sesuatu itu kecuali kita mampu untuk mengatasinya. Orang yang beriman ia yakin akan pertolongan Allah, sebagaimana perkataan para sahabat kepada Rasul saat perang uhud,  “ya Rasululah kapan kah pertolongan Allah itu datang, ? jawab Rasul, “ sesungguhnya pertolongan Allah sangatlah dekat”
Buat teman-teman pembaca, ini sedikit kesimpulan yang dapat saya ambil dari cerita di atas, semoga bermanfaat, dan kalian bisa mengambil hikmah didalamnya. Kalau mungkin kalian menemukan kesimpulan sendiri yang jauh lebih baik, itu akan sangat bagus sekali. 


20 April 2013

jadilah profesi apa saja yang berjiwa guru


Menjadi guru itu sangat menyenangkan, kita terlibat interaksi langsung dengan para murid yang memiliki karakteristik yang berbeda, dengan latar belakang sosial yang berbeda pula. Menjadi guru bukan berarti lebih hebat dan sepurior, sebagai seorang guru atau pendidik kita harus “bersahabat” dengan para murid, dalam artian tidak bersikap seolah kita harus ditaati dan dikagumi, kita tidak bisa mejejalkan apa yang kita pahami begitu saja kepada para murid secara langsung, ada proses dan tahapan yang tidak sama diantara mereka.
Murid itu selalu cenderung “meniru” dan “menilai” dengan kaca mata mereka sendiri, mereka selalu menilai dengan sudut pandang yang berbalik dari kita-para guru-. Bila ada guru yang otoriter, maka murid akan menilai guru ini “masa kecilnya tidak indah” iya terbiasa dengan suasana seram, dan mencekam, padahal tidak ada sedikitpun rasa kagum yang lahir dari sikap seperti ini. Beda lagi dengan guru yang bersikap “letoy” terlalu lemah dan tidak tegas, tidak memiliki gairah untuk mengajar, meskipun itu hanya sebagai bawaan saja, atau sikap yang lahir secara spontan, krena memang seperti itu kesehariannya. Tetap saja para murid berpikir, “guru ini tidak sehat”.
Idealnya seorang guru harus selalu semangat, dalam kondisi apa pun, ia harus tampak semangat didepan para murid, meski tidak menutup kemungkinan juga banyak masalah yang menimpa, tapi itu tidak boleh mempengaruhi penampilan seorang guru didepan para murid. Guru itu harus ceria, karena sedikit saja, ada “gambar kesedihan” di wajah guru, murid sudah kehilangan semangatnya untuk belajar. Dan guru juga harus membatasi diri dalam bersenda gurau, karena ini sangat fatal bila guru terlalu berlebihan dalam bercanda seolah tak ada beda antara guru dan murid, maka guru telah kehilangan nilai “jati dirinya sebagai guru”.
Saya tidak sedang membicarakan orang lain, tapi saya berbicara atas pengalaman saya sebagai seorang murid, dan sebagai seorang guru. Mungkin saat ini setatus saya ada dua, sebagai pelajar di bangku kuliah, dan sebagai guru untuk tingkat tsanawiyah. Saya punya dua pengalaman yang berbeda, pengalaman saya sebagai seorang pelajar yang memiliki banyak teman yang berbeda pola pikir dan wataknya, sehinngga saya bisa tahu apa penilaian mereka tentang semua guru. Dan pengalaman saya sebagai guru, ketika menghadapi berbagai model anak didik yang tidak sama.
Bila dibandingkan dengan guru yang lain, tentu pengalaman saya jauh lebih sedikit, saya baru berstatus sebagai guru satu tahun yang lalu, dan sekarang memasuki tahun kedua akhir. Tentu lebih lama saya menjadi pelajar dibanding menjadi guru, tapi pelan dan bertahap saya mulai memahami betapa mulia seorang guru. Proses transfer ilmu tidaklah hal yang mudah, seorang guru itu tidak hanya sekedar “mengajar” tapi ia juga harus “mempertanggung jawabkan” apa yang ia ajar. Bukan dikatakan seorang guru, bila ia hanya mengajar tanpa dasar yang benar dan jelas, karena guru itu adalah patokan, bila guru sesat maka murid akan ikut sesat.
Dalam pesantren kita mengenal istilah “barokah” barokah disini adalah sesuatu yang menjadi berkah, selalu bertambah dan baik. Barokah ini bisa didapat dengan cara menghormati guru, agar nantinya ilmu yang mereka pelajari menjadi ilmu yang nafi’ ilmu yang bermanfaat. Dan ini harus ada timbal balik dari guru juga, ilmu tidak bisa nafi’ kalau antara murid dan guru tidak sehati, tidak sinkron.istilah lainnya “tidak ikhlas” misalkan seorang murid yang belajar kepada seorang guru, dan ia tidak ikhlas belajar, tidak ada niatan sungguh-sungguh untuk belajar, sampai kapanpun ia tidak akan mendapatkan ilmu itu manfaat untuknya. Sebaliknya bila guru yang mengajar tidak ikhlas, maka hilanglah nilai keutamaan dari mengajar dan tercabut berkahnya, si guru tidak mendapatkan pahala melainkan lelah saja, dan murid tidak bisa mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut. Karena sudah tidak ada keikhlasan dari keduanya.
Jadi tidak perlu heran di zaman sekarang ini justru orang yang pintarlah yang melanggar hukum, justru orang yang telah banyak ilmu yang berbuat dzolim. Itu semua karena proses awalnya yang salah, “al ilmu nurun wa nur Allah la yuhda lil a’shi” ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang gemar dan suka berbuat dosa-kerusakan.
Berapa banyak orang yang bertambah ilmunya, namun justru tidak bertambah dekat ia kepada Allah, melainkan bertambah jauh..? andai saja mampu, saya ingin berkata kepada seluruh murid yang ada di Indonesia, perbaikilah niat kalian dalam belajar, bersungguhlah mencari ilmu, untuk bekal hidup kalian di masa yang akan datang. Hormatilah guru dan ilmu, karena dengan itu ilmu akan menghormatimu juga. Andai saja saya mampu, saya ingin berkata kepada seluruh guru di Indonesia, perbaikilah niatmu dalam mengajar, ajarkanlah ilmu yang sekiranya kau mampu dan kau menguasainya, berilah contoh yang baik, dan sampaikan kepada mereka hikmah. Jangan pernah menjadi orang yang sombong dan pelit terhadap ilmu. Karena ilmu tidaklah sama dengan harta yang akan habis bila dibagi kepada orang lain, ilmu justru akan terus bertambah mana kala kita mau berbagi kepada orang lain yang belum tahu.

coretan ku mlam ini


Malam ini tidak ada yang special, dan tidak ada agenda yang harus dikejar waktu. Kata orang malam ini, malam yang indah, “malam minggu” itu malamnya anak muda, malam paling romantis, dari semua malam. Apa iya ..??
Mungkin buat yang tidak punya pasangan seperti saya, malam minggu itu tidak ada bedanya dengan malam yang lain, bahkan bisa jauh lebih apes disbanding malam yang lain, kalau kebetulan ada job yang banyak.
Malam minggu itu malam yang sangat panjang, semuanya indah, dan terasa indah, semua ini defenisi dari malam minggu versi anak remaja, beda lagi buat orang tua, malam minggu itu malam yang melelahkan setelah sepekan lebih bekerja, baru malam ini ada waktu untuk beristirahat. Ah ini kan hanya menurutku saja.
Malam ini sangat cerah, tidak ada kabut tebal seperti malam kemarin. Bintang terlihat dengan jelas, tidak ada yang dapat aku gambarkan dari langit malam kecuali keindahan bintang yang bertabur nampak seperti intan ditengah permadani.
Aku tidak sendiri malam ini, ada secangkir air putih dan buku kecil, judulnya “tuntunan sholat lengkap” menemani malam ku saat ini. Buku ini sebenarnya sudah aku baca berulang kali, namun masih terasa ada yang kurang, bahkan semakin aku membaca, semakin bertambah rasa ingin mengulang kembali bacaan ini.
Dalam Islam, seseorang itu tidak dibebankan sesuatu hokum sampai ia benar-benar mukallaf, mukallaf itu artinya telah sampai kepadanya hokum dan dibebani hokum itu sendiri. Syaratnya, harus baligh/berakal, maka anak kecil masih belum dikenakan suatu hokum apa pun, begitu juga dengan orang yang gila, atau tidak sadarkan diri, tidak berlaku baginya hokum.
Islam itu indah sekali, dan mengajarkan kepada kita untuk mencintai keindahan, “inna Allah jamil wa yuhibbu jamal” sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai semua yang indah. Dalam kitab fiqih apa pun, yang menjadi pembahasan awal selalu bab toharoh-bersuci. Dalam bab ini kita diajarkan tentang bagaimana kita bersuci dan dengan apa kita bisa bersuci. Kalau dalam istilah medis kita sering mendengar “harus steril” dalam setiap pengobatan, yang sebenarnya itu sudah ada dalam Islam, dari setiap amal ibadah kita dianjurkan untuk memulainya dengan berwudu, bahkan ada yang menjadi salah satu syarat terpenuhinya amalan tersebut. Contohnya saja sholat, tidak ada solat bila tidak berwudu.
Malam ini aku mencoba untuk tenang, dan ingin menikmati malam yang tenang ini. Tidak banyak orang yang bisa menikmati malam ini, beruntung sekali menjadi pribadi yang merdeka, merdeka dalam arti bebas berkarya, bebas berpikir, bebas berkomentar, dan bebas untuk melukiskan apa saja yang terjadi dalam dialog hati malam ini.
“dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepadaKu” ini bukanlah pernyataan, melainkan ayat Al-Qur’an yang menegaskan maksud dan tujuan penciptaan kita di dunia ini. Kata ibadah, itu berasal dari bahasa arab, yang artinya menghambakan diri, benar-benar beribadah kepada yang serba maha.
Ibadah itu sendiri terbagi menjadi tiga macam. Yang pertama, adalah ibadah jasmaniah, ibadah dzohir, amal yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, seperti solat. Yang kedua, adalah ibadah qolbiyah,  ibadah ini berkaitan dengan hati, seperti dzikir. Dan yang ketiga adalah ibadah maaliyah, ibadah yang berupa harta, seperti zakat, infaq dan sodaqoh.
Mungkin  akan sangat mudah sekali bila kita memulai dengan “wudu”. Hal ini sangat sederhana sekali, namun tidak semua orang memahaminya dengan baik, bahkan hanya sekedar menjadikannya ritual sebelum melakukan solat. Wudu itu adalah proses mensucikan anggota wudu dengan air yang suci dan mensucikan. Hukumnya sunnah, namun sangat dianjurkan, untuk para pelajar misalkan, mereka di anjurkan untuk dawamu al wudu. Hal itu karena sangat banyak sekali manfaat dan kandungan dari wudu itu sendiri.
Dengan wudu, seseorang dapat tercegah dari godaan setan, terpancar dari wajahnya nur yang alami, wajahnya menjadi lebih bersih dan hidupnya lebih tenang. Sebenarnya apa yang aku tuliskan ini tidak semuanya harus diterima begitu saja, siapa pun anda, boleh melakukan penelitian tentang wudu. Amalkan dan rasakan sendiri keajaiban dari wudu.



19 April 2013

kunci sukses dalam belajar


“apakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu” tentu saja tidak, orang yang tahu, ia diperumpamakan sebagai lahan yang subur, yang mengalir didalamnya mata air, dan tumbuh berbagai macam tanaman, dan semua orang bisa mengambil manfaatnya, sedang mereka yang tidak tahu, diperumpamakan sebagai lahan yang tandus, tidak mengalir air didalamnya, dan tidak ada satupun tanaman yang tumbuh, semua orang tidak dapat mengambil manfaat darinya.
Ketahuilah, ilmu itu tidak di dapat dengan mudah dan secara Cuma-Cuma, haruslah ada usaha dan kerja keras, kegigihan dan keinginan yang kuat. Ilmu bukan sesuatu yang mudah habis, namun ia bisa hilang bila tidak diamalkan. Ilmu itu bagaikan sebuah hewan buruan yang masih liar, yang mudah lepas kapan saja, dan ilmu juga sangat mudah lepas dan hilang dari ingatan kita. Agar tak lepas, ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat, begitu juga ilmu, agar ia tak hilang ikatlah ia dengan sebuah tulisan.
Didalam kitab “ta’limul muta’alim” dijelaskan syarat menuntu ilmu itu ada enam perkara, yang pertama adalah cerdas, cerdas disini adalah dapat mengerti dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang kedua tamak, tamak artinya memakai atau menggunakan sesuatu dengan berlebihan dan tidak pernah puas. Tamak menjadi kunci sukses seseorang dalam mencari ilmu, karena seseorang yang puas terhadap apa yang ia dapat dari ilmu adalah orang yang tidak mengerti tentang ilmu itu sendiri, jangan pernah puas dengan apa yang kau dapatkan dari ilmu, tapi puaslah terhadap harta yang telah kau dapatkan.
Akan sangat panjang sekali pembahasannya untuk masalah tamak disini, agar tidak terjadi salah paham, lebih baik kita mulai dari pengertian tamak. Tamak adalah kata sifat, yang artinya “rakus/tidak pernah puas” dalam bahasa indonesia, sedang tamak sendiri sebenarnya bersal dari bahasa arab, toma’a yang artinya tidak pernah puas juga. Jadi kesimpulannya, kata tamak tu punya arti negatif, ia termasuk kategori sifat yang tercela. Dimana-mana sifat tamak, rakus itu sangat dibenci, tapi semua itu bisa dikatakan tercela dengan melihat subyeknya. Contoh, orang yang rakus, dan tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki, dalam soal istri saja, orang ini akan berpikir untuk menikah lagi, dan terus akan seperti itu.
Kemudian bagaimana dengan hukum tamak, dalam hal ini jelas, Allah dan RasulNya melarang kita umat Islam untuk berlaku tamak dalam masalah dunia, tanpa harus saya jelaskan apa saja yang berkaitan dengan dunia, karena kata dunia disini sudah bisa dipahami maksudnya. Nah lalu kenapa kata tamak disini bisa termasuk sebagai salah satu kunci sukses dalam belajar-menuntut ilmu, dalam berbagai sarah, dijelaskan maksud dari tamak itu sendiri adalah, agar para pelajar bersikap “tamak dalam mencari dan mempelajari ilmu” bersikap sungguh-sungguh dan ulet dalam belajar, dan tidak cepat puas dengan apa yang ia dapat dari ilmu itu sendiri, karena ilmu Allah itu begitu luas, adapun yang didapat oleh manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah keseluruhan hanyalah serupa setetes air di ujung jarum.
Tamak terhadap ilmu sangat dianjurkan, dan itu menjadi salah satu kunci sukses dalam belajar. Orang yang juara, bukanlah orang yang cerdas, melainkan orang yang telah melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Maka tamaklah dalam ilmu, dan janganlah pernah puas dengan apa yang kau dapat sekarang, terus belajar dan berusaha untuk menjadi insan yang arif.
Syarat yang ketiga, sabar, dalam mencari ilmu, seseorang itu harus sabar, dan tidak boleh mudah menyerah, apalagi putus asa, “dan janganlah kamu, berputus asa dari rahmat Allah” dan tidaklah yang berputus asa melainkan orang kafir. Orang yang pintar dan mendapat gelar hebat, bukan lah hal yang mudah, dan tidak ia lalui dengan santai begitu saja, banyak cobaan, usaha, dan masalah yang harus dihadapi, tapi karena ia gigih dan sabar, maka ia sukses. Kata kunci tetap pada “sabar”, maka bersabarlah dalam belajar, karena semua membutuhkan proses.
Syarat yang keempat, ada bekal, maksudnya adalah, dalam belajar apa saja, kita harus punya modal, modal semuanya, mental, kesiapan, dan lain-lain. Akan sangat mustahil rasanya kita belajar tanpa ada bekal, tanpa ada alat penunjang untuk belajar atau fasilitas yang umum di pakai untuk belajar. Untuk bisa lulus tk, seseorang harus membayar uang bulanan, begitu juga sd, smp, dan sma. Semua itu harus ada bekal, karena tanpa yang satu ini, akan sangat sulit sekali belajar. Untuk alat tulis saja misalkan, kita harus membelinya di toko, dan itu harus dengan uang, ini pentingnya ada bekal, bekal adalah uang, bekal adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dalam belajar.
Syarat yang kelima, bersahabat dengan guru, artinya kita harus banyak melakukan dialog dan diskusi kepada guru, menanyakan banyak hal yang masih belumdimengerti tentang sebuah ilmu, bila tidak bersahabat dengan guru, mana mungkin kita dapat penjelasan yang baik dan sempurna, selain itu juga bersahabat dengan guru, akan menjadikan kita lebih tenang dalam berpikir dan mendapatkan banyak solusi dari setiap persolan yang kita hadapi, akan banyak nasehat yang kita dapat, dan masih banyak hal lain yang tentu hanya kita dapat dari seorang guru, bersahabat dengan guru bukan berarti menganggap guru sebagai teman, hanya saja maksudnya adalah kita akrab dengan guru seperti kita akrab dengan teman, tanpa mengurangi rasa hormat dan takdzim kepada guru, perlu diingat, menghormati guru merupakan salah satu keharusan yang harus dilakukan seorang pelajar, untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan manfaat.
Syarat yang keenam, dan ini yang terakhir, lama waktunya, sudah jelas, tak ada orang yang dapat paham dan mengerti hanya dengan sekali belajar. Butuh waktu yang lama, lama disini bukan berarti harus bertahun-tahun, waktu yang lama ini erat kaitannya dengan sabar, jadi dalam belajar kita harus sabar,  membutuhkan waktu yang lama. Contoh, untuk menyelesaikan S1 seorang harus menghabiskan waktu 3-4 tahun di bangku mahasiswa, dan itu pun masih tidak menjamin kepahaman dan kualitas keilmuannya benar-benar paham. 
Intinya, siapapun kita, dan dari kalangan manapun, selama ada keinginan untuk berubah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, kita akan sukses. Kunci sukses belajar yang enam ini, bukan syarat mutlak, tapi semua itu harus kita terapkan dalam kegiatan belajar kita, meski tidak harus ke enam-enamnya. “cobalah dan perhatikan, maka kamu akan tahu”.



14 April 2013

pribadimu membuatku kagum


Islam itu sangat indah sekali, kehidupan ini semuanya telah di atur sedemikan rupa, sehingga salah besar, kalau kita hanya mengartikan kata- addunya sijnun al mu’min wajannatul al kafirin- secara harfiyah saja. “Dunia adalah penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang kafir” seolah-olah akan tampak orang beriman itu selalu susah, terbelakang, karena dunia ini adalah penjara, jadi wajar saja kalau orang mu’min itu susah semuanya. Sedang mereka yang kafir, mereka pantas kaya, mereka pantas hidup enak, karena dunia ini adalah surga buat mereka, “kita nanti di akherat”.
Kata-kata “kita nanti di akherat” itu bukan berarti menjamin hidup kita bakal enak nantinya di akherat, toh yang menjadi penilain nanti adalah keimanan dan ketaqwaan kita, seberapa banyak amal kebajikan kita, bagaimana kita bermuamalah dengan sesama, yang lucunya lagi, kalau kita hanya “yakin” tanpa ada tindakan yang nyata untuk menggambarkan keyakinan kita.
Kata sijnun-penjara, memang pantas untuk orang mu’min yang ada di dunia, karena kebebasan itu hanya ada di surga kelak, di dunia ini semua penuh dengan aturan, aturan yang harus di taati dan aturan yang harus dijalani, Islam itu mudah sekali, dan mempermudah semuanya untuk umatnya, tanpa kita sadari Islam itu mempunyai banyak arti yang indah. Islam itu berserah diri, taat, tunduk dan patuh. Bila kita sudah berserah diri, tentu kita tidak akan lalai lagi, apalagi sengaja untuk lalai. Bila kita sudah taat, tentu tidak akan terjadi perselisihan, tidak akan ada iri dengki dan hasud. Bila kita tunduk, tentu kita akan merasa tenang dan damai, rasa tunduk itu melahirkan gerak yang baik pada amal ibadah yang membawa sebuah kekuatan batin sehingga tak akan lagi ada rasa jenuh, malas dan bosan, karena semua itu telah menjadi kebutuhan. Bila kita patuh, tak kan ada keluh kesah dan putus asa, karena Allah telah berjanji akan selalu bersama orang yang sabar dan Allah sangat sayang kepada mereka.
Orang beriman, akan bersabar hidup di dunia, akan selalu semangat dan gigih beramal soleh. Orang beriman itu tidak mudah terbawa emosi, karena ia tahu, hal itu hanya akan merugikannya, dan mengurangi nilai keikhlasannya, orang beriman itu mampu melalui berbagai macam cobaan dan musibah, karena memang begitulah harusnya. “apakah kamu mengaku beriman, sedang belum datang padamu, cobaan, guncangan dan berbagai macam musibah sebagaimana orang-orang sebelummu” orang beriman itu mampu melalui itu semua karena mereka yakin, semua telah Allah siapkan balasannya kelak dengan balasan yang sangat baik.
Lalu siapakah orang yang beriman itu, apakah anda, saya atau kita semua. Beriman itu bahasa indonesia, dari kata iman yang mendapat imbuhan Ber- sehingga menjadi beriman, yang artinya sedang dalam sebuah kegiatan atau memiliki. Iman itu sendiri di sadur oleh indonesia dari bahasa arab, yang asalnya amana-yu’minu, yang artinya meyakini tanpa ada keraguan sedikitpun. Jadi orang yang beriman itu adalah orang yang meyakini sesuatu itu dengan sangat yakin sekali tanpa ada keraguan sedikitpun darinya. Apakah kita termasuk yang demikian itu ? silahkan jawab sendiri dalam hati.
Kemudian apa yang menjadi objek keimanan seorang yang beriman itu, bila kita melihat dalam kitab ushuluddin, tentu jawabannya adalah iman kepada Allah, sebagai dzat yang maha Esa, yang satu dan tak ada sekutu baginya, dan ini lebih kita kenal dengan istilah tauhid. Apakah kemudian hanya beriman kepada Allah saja, sebenarnya, iman kepada Allah saja sudah cukup karena itu menyeluruh, akan sangat mustahil kita mengimani adanya Allah sebagai pencipta alam semesta ini tanpa ada rasa “takut, dan harap”.
Tapi dalam kitab ushuludin itu di jelaskan kembali akan rukun dalam iman, yakni hal-hal apa saja yang harus di imani, ini sangat mendasar sekali, dan menjadi pondasi iman, hal ini harus benar-benar ditanamkan sejak awal keislaman kita, dan rukun iman itu ada enam jumlahnya. Apa saja yang harus kita imani, jelas yang pertama adalah iman kepada Allah, kedua iman kepada Malaikat, ketiga iman rasul, empat iman kepada kitab-kitabNya, kelima iman kepada hari kiamat dan ke enam iman kepada Qhada dan Qhadar.

12 April 2013

melukis senja


Senja ini aku melihat masa lalu, rasa sedih dan semua kenangan tergambar di langit senja, aku sempat menyerah dengan waktu, tapi tidak untuk saat ini, dan tidak untuk hari yang akan datang, waktu itu aku hanya lelah, waktu itu aku hanya sedih, dan aku tak tahu apa-apa.
Suara burung menyadarkan ku dari semua ini, aku terlalu banyak menghayal dan berpikir kalau-kalau hujan rejeki. Lihatlah mereka, betapa bahagianya menjadi burung. Terbang kemana saja yang ia suka, ia bebas, tak perlu bayar pajak, tak mungkin ada polisi yang meniup pluit. Untug aku tidak jadi burung.
Semakin lama warna emas itu berubah menjadi merah. Ada jingga dan ungu disana, dulu sekali, waktu aku masih belum bisa berpikir seperti saat ini, aku berlari, aku memburu nafasku sendiri, gol… teriakku, aku lupa waktu, tapi aku sangat gembira sekali, meski pulang nanti, ibu sudah menunggu di depan pintu dan siap menjewer telingaku. Dan sekarang aku rindu saat itu.
“hay, jangan lama-lama memandangi langit senja, itu pamali”. Kenapa bisa pamali, apa itu pamali, “banyak setan yang keluar mencari makan”. ah, aku tidak percaya itu, aku senang senja ini, mungkin setan pun sedang duduk bersamaku melihat matahari tenggelam. Lihat dia menyapaku, ayah selalu bilang untuk tidak sia-siakan waktu, aku tak ingin sia-siakan waktu ku, aku ingin melihat senja ini, aku tak tahu apa kah esok akan ada senja lagi atau tidak.
Di surau sudah terdengar lantunan ayat Al-Qur’an, terdengar sayup namun terasa tenang dan damai, senja itu begitu indah. Aku tersenyum sendiri, di langit sana aku melukis semuanya, wajah-wajah yang bahagia.

11 April 2013

Mengejar Hidayah


“Mana mungkin orang kaya itu mau dengan mu, lelaki yang tak punya identitas jelas. Mana mungkin orang kaya itu mau dengan mu, lelaki yang tidak jelas. Jelas-jelas dia menolakmu, tak perlu lagi kau mengejar mimpimu itu, mimpi pada siang bolong. Aku sudah bosan ingatkan ini padamu, cobalah sadar sedikit, siapa dirimu. Kau selalu saja berkilah dengan alasan cinta. Lelaki sepertimu seharusnya tak mengenal cinta, tak harus mengenalnya, dan sekarang kau tahu kan, itulah dia, si orang kaya yang kau cintai, jelas-jelas dia tidak akan mau denganmu”.
Malam yang dingin sekali, seluruh tubuhku bergetar, aku kedinginan, tubuhku menggigil, bibirku pucat, mataku terasa berat. Ah, andai saja bukan karena malam ini, mungkin aku sudah terbaring pulas di rumah. Angin tak lagi menyapa dengan lembutnya, mulai ada suara berisik, suara angin, daun dan ranting yang patah, nafasku tertahan dan dadaku mulai sesak. Malam ini aku harus kesana, ini adalah malam peruntungan ku, aku bisa menghabiskan malam yang panjang, ini adalah waktunya, sejak lama aku bayangkan perjumpaan ini.
Jalanku begitu gelap, ah, aku lupa tidak bawa senter, harusnya aku ingat ini sebelum berangkat, sudah terlanjur jauh tak mungkin aku kembali. Aneh, malam ini semakin larut tapi aku masih belum sampai. Mataku terasa berat, ini dingin sekali.
“Sedang apa kau disini. Ini bukan tempatmu, pulang sana”. Siapa yang berani membentakku malam ini, pasti aku sedang bermimpi, tapi kupingku panas sekali. “Cepat pergi, sebelum yang lain datang, nanti kau bisa dimakan mereka”.
Aku tambah pusing, aku berlari, aku lupa jalan ku begitu gelap. “Hai.,, kau menabrak ku, Cepat minta maaf”, aku minta maaf. “Apakah begitu saja, lihat mereka”.
“Loh kok kamu bisa ada disini, kamu habis mabuk ya, sejak kapan kau suka minum”. Iya aku sedang mabuk dan pusing, tapi aku tidak minum. Aku bertemu dengan orang aneh semalam. “orang aneh, mana mungkin ada orang aneh, kau saja yang mabuk. Cepat pulang dan bersihkan dirimu, kau harus istirahat, tak ada baiknya disini dengan wajah seperti itu”.
Wajah, kenapa wajahku, apakah ada yang aneh.
Dirumah itu aku terdiam, aku lupa dengan wajahku, aku lupa dengan caraku melihat, bukankah ini rumahku yang dulu, dan beginilah dari dulu, apa yang salah. Tidak ada air, aku harus mengambilnya di sungai. “Jangan kesini, pergi, pergi, pergi”.
Apakah di rumah selalu seperti ini, melihat ke dinding yang gelap. Ah, matahari, kau selalu pergi dengan cepat, cepat sekali.
“Harusnya kau merasa beruntung sekali, aku masih mau disini menemanimu, kalau tidak, mau jadi apa kau disini, sudah ku bilang dari dulu, tapi kau tidak pernah mau mengerti. Malam ini malam yang keseratus, kau tak boleh keluar lagi, orang kaya itu tidak akan mau denganmu, orang kaya itu akan membunuhmu, karena malam ini adalah malam keseratus”.
Jangan coba-coba kau merayuku, dia tidak mungkin membunuhku, bukan kah aku sudah katakan padamu, dia adalah cintaku. “Kau terlalu banyak memakan pil cinta, lihatlah dirimu, bahkan, kau saja tak ingat bagaimana kau bisa hidup sampai saat ini. Orang tidak kasihan padamu, mereka membencimu, mereka ingin membunuhmu”. Tidak, tidak, tidak.
“Terserah lah, kau terlalu keras kepala. Coba saja kau ingat, adakah cinta itu membuatmu bahagia seperti yang selalau kau katakan, mana buktinya, kau hanya bisa bercerita”.
Hari semakin gelap, tak ada lagi yang diluar rumah, malam ini begitu tenang, tak ada cemburu juga petaka, malam ini tak ada cahaya dari langit, bintang dan bulan juga ikut tertidur. Karena malam ini adalah malam yang keseratus. aku harus kerumahnya, aku harus katakan padanya, aku masih sama seperti dulu.
“Cepat sekali kau datang, ini masih belum tengah malam, pulanglah lagi, dan kembalilah nanti”. Mataku sudah perih, aku tak bisa kembali, biarkan aku menunggu disini, aku tak apa bila harus menunggu disini, kakiku sudah tak kuat lagi. Sudah malam sekali, sudah larut, aku tak dapat melihat, gelap.

8 April 2013

aku menulis


aku ingin menjadi penulis. tapi selalu saja ada halangan untuk menyelesaikan tulisan, terutma "perasaan"
tulisan tu penting, sebagai dokumentasi pribadi. tapi "perasaan" ini slalu saja membunuh kreatifitas ku.
secerdas dan sehebat apa pun seorang dalam berorasi, tu akan sangat kurang nilainya bila ia tidak bisa menulis, karena dengan tulisan orang tidak hanya bisa menyampaikan gagasannya satu atau dua kali, bahkan ribuan tahun lamanya selama tulisan tu ada, maka ia akan tetap hidup dengan gagasan dan buah pikirnya.
sangat menyenangkan bisa menulis, bisa menceritakan banyak hal kepada orang lain melalui tulisan, berbagi ilmu dan pengalaman.
ini adalah ceritaku yang telah banyak menulis cerpen yang tak pernah mencapai akhir, semuanya terputus ditengah jalan, terkadang ketika sudah menulis tiba-tiba setengah jalan sudah kehilangan ide,  atau rasa "bingung" mau nulis apa, rasa "jelek"- maksudnya merasa cerita yang aku tulis tu "jelek dan tidak bagus"
yah mungkin ini yang disebut "cobaan" untuk pemula seperti ku,
dalam islam "menulis" tu sangat penting, wahyu pertama kali turun kepada nabi merupakan perintah "iqra-bacalah".  kemudian dilanjutkan dengan kata "qalam-pena". antara baca dan tulis memang tidak dapat dipisahkan, seorang penulis tidak bisa menulis tanpa membaca, dan seorang yang hanya membaca saja tentu tidak akan sempurna tanpa kemampuan menulis juga.
yang menarik adalah "menulis", ini adalah sebuah aktifitas yang sederhana namun tidak semua orang bisa dan mau mengerjakannya, hal ini bisa dicoba dengan tes "menulis", akan sangat berbeda sekali seorang yang biasa menulis dengan orang yang tidak biasa menulis. mungkin bagi orang yang sudah terbiasa menulis ia akan sangat mudah sekali menuliskan banyak kata yang kemdian ia rangkai menjadi kalimat, dan mereka yang tidak terbiasa dengan menulis, mereka akan sangat merasa kesulitan dan terputus ditengah jalan, (hal ini sedang terjadi pada diriku sendiri)
ketika semster satu, ini sangat mendadak sekali, Dosen meminta masing-masing mahasiswa untuk menuliskan  sebuah opini singkat diselembar kertas polio dengan tema "Bencana Alam dan Kaitannya dengan Kehendak Tuhan", mungkin kalian sudah bisa menebak seperti apa aku saat itu, yang lucunya lagi "rasa" yang tu tidak aku alami sendiri, sebanyak dua puluh orang mahasiswa juga merasakan hal yang sama "bingung tidak tau harus nulis apa ",
hebatnya lagi aku sudah bingung di awal, hanya untuk menulis judul, "memilih judul" saja aku pusing, entah apa yang membuat pusing, tapi tu benar-benar terjadi. kurang lebih sepuluh menit aku hanya bisa melihat kertas putih yang sedikitpun tidak ada coret tinta hitam dari penaku, aku terus menoleh kanan kiri, ada yang tertunduk sibuk dengan tulisannya, ada yang menerawang ke langit, entah apa yang ia pikirkan-mungkin mengharap ilham dari langit.
nah ini dia point pentingnya-seorang bisa karena kondisi yang mengharuskannya bisa- dan keharusan untuk menyelesaikan tulisan tu pada saat tu juga yang mengharuskan ku bisa menulis (hal ini yang kedepannya mengilhamiku untuk terus dan rajin menulis-meski tidak bagus) aku hanya menulis satu lembar saja dan tidak bolak balik, seperti yang diinginkan dosen, tapi justru aku yang mendapatkan nilai yang paling bagus, dari sekian banyak teman mahasiswa aku termasuk the best three dalam tugas ini, (waktu tu aku tidak percaya-ternyta otakku encer juga) judul yang ku tulis waktu itu adalah "membunuh taqdir"
dalam tulisan tu aku membahas tentang pengertian takdir dan apa tu takdir, baru kemudia aku kaitakan dengan bencana alam yang banyak sekali menimpa negri kita ini.kesalahan penulis adalah tulisan tu tidak didokumentasikan, tulisan tu dikumpulkan ke pak dosen yang sampai sekarang tidak pernah bertemu lagi,
beliau hanya mengajar di semester satu.
"tidak ada orang yang terlahir dengan kemampuan yang luar biasa" semua melalui proses yang panjang, apa pun tu dan aku yakin kalian setuju dengan ini, seseorang dinilai dengan usahanya dan dengan tu mereka akan sukses, "kau akan mendapatkan sebesar apa yang kau usahakan"
ketiak kecil dulu aku bercita-cita ingin menjadi tentara, karena yang ada dalam pikiranku saat tu tentara tu sangat hebat, kuat, dan jago tembak. (maklum anak laki-laki, suka maen perang-perangan) tapi ketika udah naik kelas tiga sd, aku sudah berubah halua ingin menjadi dokter. aku sedih sekali dengan kenyataan hidup ini saat setatus sosial menjadi penghalang untuk mendapatkan perawatan lebih. ketika tu kakek ku sakit komplikasi. penyakitnya banyak sekali, dan juga kakek sudah terlalu banyak minum obat, hanya karena keluarga ku tidak sanggup untuk melunasi pembayaran di muka, pengobatan ditunda dan sampai akhirnya meninggal dunia.. saat tu hatiku pedih sekali, saat menelan ludah ku sendiripun terasa pahit, aku hanya bisa menangis, tapi dalam hati aku menyimpan banyak kebencian yang sangat mendalam kepada dokter, meski aku tidak tahu siapa dokter yang aku benci. saat tu aku bertekad akan menjadi dokter dan menolong siapa pun orang yang sakit, tanpa harus membebankan biaya yang sangat mahal. sejak itu aku mulai suka mempelajari buku-buku tentang obat dan penyakit, aku rajin belajar ipa, dan semua macam obat-obat tradisional juga aku pelajari. tapi ini tidak lama, akhir kls 6 sd aku sudah tidak berminat lagi menjadi dokter.
aku mulai paham, bahwa dokter tidak sekejam yang ku kira, dokter justru melakukan yang terbaik untuk pasiennya.
setelah lulus sd aku mulai menjalani hidup baru sebagai seorang "santri" yang dituntut mandiri, dan tu bukanlah hal yang baru bagiku, jauh sebelum aku sekolah juga ibu sudah mengajarkan hal itu, di pesantren aku menemukan dunia yang lain, yang sangat jauh berbeda dengan kehidupanku dulu ketika masih di rumah,
tidak ada lagi alam bebas, tidak ada lagi main sepuasnya, berenang di sungai, mancing, bermain layang-layang, mengejar setiap truk yang lewat di jalan, (maklum, anak kampung)
di Pesantren aku bertemu dengan orang-orang yang kemudian aku panggil ustad dan kyai, orang yang mengajarkan ku arti ketenangan batin, mengajarkan ku tuk lebih mengenal siapa "dzat yang tak pernah tertidur,yang tak pernah lalai mengawasi hambanya"