Apa
pendapat mu tentang pendidikan anak di usia dini ?
“penting”
dengan begitu kita sudah membentuk anak dari kecil, agar mereka menjadi pribadi
yang lebih siap dan cerdas. Selain itu juga melatih imajinasi anak, dan
mengarahkan kepada hal yang baik. Karena pada usia dini, anak berada pada
masa-masa kreatif dengan imajinasi yang unik, kenapa unik, karena anak kecil
pada umumnya tidak akan pernah berpikir apa pun yang sulit, yang tidak enak. Semuanya
adalah hal yang indah, penuh kesenangan, dan meriah.
Model
pendidikan yang cocok untuk anak usia dini, adalah “bermain” bermain sambil
belajar, bukan belajar sambil bermain. Anak pada usia dini, jauh lebih cepat
merasa jenuh ketimbang anak remaja. Sehingga tidak tepat kalau kita mengajarkan
banyak hal dalam waktu yang lama, teori pun tidak harus disampaikan lebih dari
sepuluh menit.
Ketika
KKN dulu, saya merasa terpanggil untuk mengajar di Tk, karena wilayah dakwah
juga tidak lepas dari pendidikan, selain juga teman tidak ada yang mau mengajar
di Tk. Bila mengingat waktu itu, rasanya ingin tertawa trerus. Bagaimana tidak,
dalam kelompok saya kami ada sebelas orang, setiap pagi kami membagi tugas
untuk mengisi jam pelajaran, sekaligus dakwah, mengenalkan Pesantren kepada
masyarakat, khususnya para pelajar.
Sebenarnya
ketika itu sudah dibagi pembagian tugas ngajar, ada yang di tingkat MTS ada
yang MA dan MAK dan ada yang di Tk, ini agenda untuk pagi hari… buat teman yang
mengajar di tingkat MTs ke atas.. tidak ada masalah, hanya saja yang di Tk
tidak cocok sama sekali,, saya masih ingat betul kata teman waktu itu “saya
sebenarnya sudah siap, ngajar anak Tk, tapi baru masuk saja mereka sudah
nangis,,,” (hehehe,,) hari pertama gagal misi dakwah di kalangan anak Tk..
besoknya, mau tidak mau, saya menggantikan teman mengisi di Tk, di sana saya didampingi dua
orang ibu guru, yang ternyata masih sepantaran dengan saya usianya, jadi saya
tidak merasa canggung untuk memberi instruksi, sekaligus minta arahan ..
(hehehe… maklum belum pantes jadi bapak) hari pertama saya bercerita tentang
seorang petani yang memiliki banyak hewan piaraan.. ada sapi, kambing, dan
ayam. Cerita saya itu ternyata sangat menarik sekali, dan hari kedua saya
sukses mengajar di Tk.
Tapi
besoknya, para ibu-ibu, meminta saya saja yang mengajar, karena anak-anak jadi
lebih semangat, dan tidak rewel… pengalaman saya selama mengajar anak Tk, itu
banyak sekali. Anak kecil itu punya sifat aktif, pada dasarnya semua anak itu
kreatif dan aktif, mereka seolah memiliki tenaga ekstrra dalam hal “bermain”. Tapi
tetap saja tiap-tiap anak berbeda, ketika saya mendapati ada salah seorang anak
yang tidak terlalu bereaksi seperti teman-temannya, saya coba beri ia perhatian
lebih, namanya bunga, setelah saya perhatikan, ternyata dia sudah minder lebih
dulu, dia sudah tidak percaya diri, dan dia merasa lemah. Awalnya sangat susah
membuat dia ceria, karena dia tipe pendiam dan mungkin factor kluarga yang
membuatnya menjadi diam sehingga tampak seperti pemurung.. setelah diberi
perhatian lebih, saya selalu menjadikan dia yang hebat, saya memancing dia
untuk berbicara, memberikan pertnyaan yang sebnarnya juga bisa d jawab teman
lainnya, tapi saya membenarkan jawabannya yang paling bagus, di lain sisi saya
ingin membuatnya berani, dan di lain sisi lagi saya ingin membuat temannya juga
menaruh perhatian kepadanya. Dan terbukti, dalam acara permainan kelompok, ia
bisa bkerja sama dengan teman yang lain.
Pernah
juga pada hari ketiga, ada anak yang berkelahi, msalah sepele, hanya karena
pensil yang di pinjam patah, saya lupa nama mereka berdua, tapi wajahnya masih
tergambar jelas dalam memori ingatan saya. Untungnya dalam perkelahian itu
mereka berdua sama-sama nangis, jadi tidak ada yang akan bersifat superior atau
merasa hebat. Saya akui mengurus anak sedemikian banyak itu butuh tenaga
ekstra, bahkan tidak bisa sendiri, buktinya saya kecolongan dengan perkelahian
kecil ini. Setelah melerai mereka berdua, akan sangat tidak bijaksana bila saya
menyalahkan salah satunya, saya langusng coba berdialog, dengan memulai, kenapa
kalian bisa berkelahi,, dan masing-masing mereka punya jawaban sendiri, yang A
menjawab, dia mematahkan pensil saya, yang B menjawab, tidak.. pensilnya memang
patah. Ketika itu saya bingung, kalau sampai salah memutuskan, tentu ada yang
merasa dirugikan. Pada A saya menjawab, ya sudah… pensil itu memang mudah
patah, mungkin dia tidak sengaja, sini biar ust, yang raut kembali, biar lebih
bagus, jadi tidak usah berkelahi, berkelahi itu tidak akan buat pensil kamu
kembali jadi bagus, lebih baik, memberinya pengraut, dan suruh dia menajamkan
pensil itu lagi, kan seperti tu bagus. Keapda si B saya menjawab, owh,,, iya,
mungkin dia salah mengira, kamu tidak harus marah, ketika teman mu menuduh
sesuatu yang tidak kamu kerjakan, tapi kalau benar kamu yang merusak, kan lebih bagus meminta
maaf. Minta maaf tu bagus, yang tidak bagus tu tdk mau mnta maaf, jadi tidak usah kelahi, anak pintar bukan
yang suka berkelahi, kalau pensilnya patah, kan kamu bisa pinjam pengraut, dan raut lagi
pensilnya. Setelah penjelasan panjang
lebar sudah selesai, akhirnya mereka berdua, bisa saling memaafkan. Dan hebatnya
anak kecil itu, ia lebih cepat melupakan kesalahan temannya dan kemudian akrab
lagi. Terbukti setelah itu, mereka bisa tertawa lagi bersama, padahal
sebelumnya nangis. Terus mereka bisa bermain bersama. Beda jauh dengan orang
dewasa, bisa dendam bertahun-tahun… hehehe.
Tapi
ada juga sisi jeleknya anak-anak,, kalau udah melihat temannya berantem, itu
bukan di lerai atau di pisah,. Tapi malah di sorakin… “ayo ayo. Ayo..” seolah seprti nonton pertnjukan tarung bebas.
Dan satu hal juga, yang menarik dan masih saya ingat jelas, ada salah satu dari
mereka, yang putri, seolah mencari perhatian lebih,, (maklum ustnya cakep…
hahaha) ya setiap plajaran nulis,,
selalu selesai duluan dan minta di koreksi,, kalau udah dikoreksi,, duduknya
deket-deket,, wah,, pokonya lucu.
Di
hari terakhir KKn, saya merasa senang sekali campur haru, akhirnya, sampai juga pada hari terakhir, hari perpisahaan,
ketika itu suasana lebih hening, tidak ada yang berbicara kecuali saya,
anak-anak semua mendengarkan… tidak ada yang menangis, tapi semua merasa
sedih.. (hehe,,, ust cakep mau pulang ) ada ibu-ibu jga yang hadir…. Setelah menyanyikan
lgu sayonara… ternyata anak-anak itu membawa hadiah, kado masing-masing dalam
tas mereka… (wahahahaa…sampai d kamr semua teman iri,,, knapa gak ada yang mau
ngajr Tk) trus para ibu, juga pada ngasih amplop (yang psti gak kosong,.,,
hehehe)
Itu
pengalaman saya yang paling berkesan selama KKn, di Pamekasan. Di Pondok
Psantren Al-Falah.. saya juga banyak
mengisi kegiatan di MAK, diniyah sore… dan les-les kebahasaan,, semua itu
indah, dan ingin rasanya kembali,, untuk memberikan yang terbaik dan lebih baik…