23 April 2013

bermain sambil belajar


Apa pendapat mu tentang pendidikan anak di usia dini ?
“penting” dengan begitu kita sudah membentuk anak dari kecil, agar mereka menjadi pribadi yang lebih siap dan cerdas. Selain itu juga melatih imajinasi anak, dan mengarahkan kepada hal yang baik. Karena pada usia dini, anak berada pada masa-masa kreatif dengan imajinasi yang unik, kenapa unik, karena anak kecil pada umumnya tidak akan pernah berpikir apa pun yang sulit, yang tidak enak. Semuanya adalah hal yang indah, penuh kesenangan, dan meriah.
Model pendidikan yang cocok untuk anak usia dini, adalah “bermain” bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain. Anak pada usia dini, jauh lebih cepat merasa jenuh ketimbang anak remaja. Sehingga tidak tepat kalau kita mengajarkan banyak hal dalam waktu yang lama, teori pun tidak harus disampaikan lebih dari sepuluh menit.
Ketika KKN dulu, saya merasa terpanggil untuk mengajar di Tk, karena wilayah dakwah juga tidak lepas dari pendidikan, selain juga teman tidak ada yang mau mengajar di Tk. Bila mengingat waktu itu, rasanya ingin tertawa trerus. Bagaimana tidak, dalam kelompok saya kami ada sebelas orang, setiap pagi kami membagi tugas untuk mengisi jam pelajaran, sekaligus dakwah, mengenalkan Pesantren kepada masyarakat, khususnya para pelajar.
Sebenarnya ketika itu sudah dibagi pembagian tugas ngajar, ada yang di tingkat MTS ada yang MA dan MAK dan ada yang di Tk, ini agenda untuk pagi hari… buat teman yang mengajar di tingkat MTs ke atas.. tidak ada masalah, hanya saja yang di Tk tidak cocok sama sekali,, saya masih ingat betul kata teman waktu itu “saya sebenarnya sudah siap, ngajar anak Tk, tapi baru masuk saja mereka sudah nangis,,,” (hehehe,,) hari pertama gagal misi dakwah di kalangan anak Tk.. besoknya, mau tidak mau, saya menggantikan teman mengisi di Tk, di sana saya didampingi dua orang ibu guru, yang ternyata masih sepantaran dengan saya usianya, jadi saya tidak merasa canggung untuk memberi instruksi, sekaligus minta arahan .. (hehehe… maklum belum pantes jadi bapak) hari pertama saya bercerita tentang seorang petani yang memiliki banyak hewan piaraan.. ada sapi, kambing, dan ayam. Cerita saya itu ternyata sangat menarik sekali, dan hari kedua saya sukses mengajar di Tk.
Tapi besoknya, para ibu-ibu, meminta saya saja yang mengajar, karena anak-anak jadi lebih semangat, dan tidak rewel… pengalaman saya selama mengajar anak Tk, itu banyak sekali. Anak kecil itu punya sifat aktif, pada dasarnya semua anak itu kreatif dan aktif, mereka seolah memiliki tenaga ekstrra dalam hal “bermain”. Tapi tetap saja tiap-tiap anak berbeda, ketika saya mendapati ada salah seorang anak yang tidak terlalu bereaksi seperti teman-temannya, saya coba beri ia perhatian lebih, namanya bunga, setelah saya perhatikan, ternyata dia sudah minder lebih dulu, dia sudah tidak percaya diri, dan dia merasa lemah. Awalnya sangat susah membuat dia ceria, karena dia tipe pendiam dan mungkin factor kluarga yang membuatnya menjadi diam sehingga tampak seperti pemurung.. setelah diberi perhatian lebih, saya selalu menjadikan dia yang hebat, saya memancing dia untuk berbicara, memberikan pertnyaan yang sebnarnya juga bisa d jawab teman lainnya, tapi saya membenarkan jawabannya yang paling bagus, di lain sisi saya ingin membuatnya berani, dan di lain sisi lagi saya ingin membuat temannya juga menaruh perhatian kepadanya. Dan terbukti, dalam acara permainan kelompok, ia bisa bkerja sama dengan teman yang lain.
Pernah juga pada hari ketiga, ada anak yang berkelahi, msalah sepele, hanya karena pensil yang di pinjam patah, saya lupa nama mereka berdua, tapi wajahnya masih tergambar jelas dalam memori ingatan saya. Untungnya dalam perkelahian itu mereka berdua sama-sama nangis, jadi tidak ada yang akan bersifat superior atau merasa hebat. Saya akui mengurus anak sedemikian banyak itu butuh tenaga ekstra, bahkan tidak bisa sendiri, buktinya saya kecolongan dengan perkelahian kecil ini. Setelah melerai mereka berdua, akan sangat tidak bijaksana bila saya menyalahkan salah satunya, saya langusng coba berdialog, dengan memulai, kenapa kalian bisa berkelahi,, dan masing-masing mereka punya jawaban sendiri, yang A menjawab, dia mematahkan pensil saya, yang B menjawab, tidak.. pensilnya memang patah. Ketika itu saya bingung, kalau sampai salah memutuskan, tentu ada yang merasa dirugikan. Pada A saya menjawab, ya sudah… pensil itu memang mudah patah, mungkin dia tidak sengaja, sini biar ust, yang raut kembali, biar lebih bagus, jadi tidak usah berkelahi, berkelahi itu tidak akan buat pensil kamu kembali jadi bagus, lebih baik, memberinya pengraut, dan suruh dia menajamkan pensil itu lagi, kan seperti tu bagus. Keapda si B saya menjawab, owh,,, iya, mungkin dia salah mengira, kamu tidak harus marah, ketika teman mu menuduh sesuatu yang tidak kamu kerjakan, tapi kalau benar kamu yang merusak, kan lebih bagus meminta maaf. Minta maaf tu bagus, yang tidak bagus tu tdk mau mnta maaf,  jadi tidak usah kelahi, anak pintar bukan yang suka berkelahi, kalau pensilnya patah, kan kamu bisa pinjam pengraut, dan raut lagi pensilnya.  Setelah penjelasan panjang lebar sudah selesai, akhirnya mereka berdua, bisa saling memaafkan. Dan hebatnya anak kecil itu, ia lebih cepat melupakan kesalahan temannya dan kemudian akrab lagi. Terbukti setelah itu, mereka bisa tertawa lagi bersama, padahal sebelumnya nangis. Terus mereka bisa bermain bersama. Beda jauh dengan orang dewasa, bisa dendam bertahun-tahun… hehehe.
Tapi ada juga sisi jeleknya anak-anak,, kalau udah melihat temannya berantem, itu bukan di lerai atau di pisah,. Tapi malah di sorakin… “ayo ayo. Ayo..”  seolah seprti nonton pertnjukan tarung bebas. Dan satu hal juga, yang menarik dan masih saya ingat jelas, ada salah satu dari mereka, yang putri, seolah mencari perhatian lebih,, (maklum ustnya cakep… hahaha)  ya setiap plajaran nulis,, selalu selesai duluan dan minta di koreksi,, kalau udah dikoreksi,, duduknya deket-deket,, wah,, pokonya lucu.
Di hari terakhir KKn, saya merasa senang sekali campur haru, akhirnya, sampai  juga pada hari terakhir, hari perpisahaan, ketika itu suasana lebih hening, tidak ada yang berbicara kecuali saya, anak-anak semua mendengarkan… tidak ada yang menangis, tapi semua merasa sedih.. (hehe,,, ust cakep mau pulang ) ada ibu-ibu jga yang hadir…. Setelah menyanyikan lgu sayonara… ternyata anak-anak itu membawa hadiah, kado masing-masing dalam tas mereka… (wahahahaa…sampai d kamr semua teman iri,,, knapa gak ada yang mau ngajr Tk) trus para ibu, juga pada ngasih amplop (yang psti gak kosong,.,, hehehe)
Itu pengalaman saya yang paling berkesan selama KKn, di Pamekasan. Di Pondok Psantren Al-Falah..  saya juga banyak mengisi kegiatan di MAK, diniyah sore… dan les-les kebahasaan,, semua itu indah, dan ingin rasanya kembali,, untuk memberikan yang terbaik dan lebih baik…

Tiada ulasan:

Catat Ulasan