21 April 2013

kisah seekor laba-laba



Tadi pagi anak-anak sangat antusias sekali meski tidak semuanya, maklum masih baru aktif kembali setelah ujian mid semester. Apalagi nilai hasil ujian masih belum dibagikan, giroh mereka untuk belajar menjadi kurang, hal ini justru menantang saya untuk “bagaimana membuat mereka semangat lagi” dan menikmati pelajaran yang akan saya ajarkan.
Saya yakin semua orang menyukai cerita, karena cerita itu punya karakter yang unik, dan akan indah lagi bila cerita itu disampaikan dengan kata-kata. Dan tadi pagi saya “bercerita” karena memang itu yang menjadi pelajaran tadi pagi. Bagi yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren mungkin sedikit bingung dengan apa yang saya ajarkan ini, buat teman pembaca- pagi ini saya mengajarkan pelajaran mutola’ah… kalau dalam bahasa indonesia, adalah “cerpen” tapi ini bukan sekedar cerpen biasa, ini adalah cerita pilihan yang sarat akan makna moral dan pendidikan, dan nilai lebih lainnya, cerita ini disampaikan dengan bahsa arab. Jadi selain menambah wawasan, cerita ini juga membantu para murid menyusun kata-kata yang indah seperti yang ada dalam cerita.
Cerita itu akan saya ceritakan kembali dalam tulisan ini, tapi tidak dengan bahasa arab, agar kita semua bisa membaca dan menikmatinya bersama. Toh apa yang saya dapat dalam cerita ini belum tentu sebagus apa yang nantinya kalian pahami. Karena kita mempunya nalar dan pemikiran sendiri.
Cerita ini berjudul “hilatul ankabut” artinya “usaha seekor laba-laba” dikisah kan ada seorang lelaki yang membawa sebuah tongkat panjang. Kemudian tongkat itu ia tenggelamkan dalam sebuah kolam yang tidak jauh dari tepi kolam. Setelah itu ia meletakkan seekor laba-laba kecil di ujung tongkat itu, dan kemudian ia memperhatikan apa yang akan dilakukan laba-laba kecil itu. Tidak lama kemudian laba-laba itu turun ke bawah berjalan dengan sangat pelan sekali, akan tetapi setelah sampai kepada ujung tongkat yang mengenai air, laba-laba itu tidak menemukan jalan semuanya adalah air, si laba-laba ini seolah tidak menyerah, ia berganti arah dengan mengelilingi tongkat itu secara perlahan berharap akan ada jalan keluar, akan tetepi usahanya tetap tidak membuahkan hasil, ia tetap tidak menemukan jalan keluar.
Si laba-laba ini pun kembali lagi ke atas, sesampainya di ujung tongkat itu, laba-laba ini berhenti seolah-olah ia tampak berpikir, usaha apa kiranya yang dapat menyelamatkannya dari kurungan bahaya yang telah di buat untuknya. Tiba-tiba dari perut bagian belakangnya keluar sebuah benang tipis yang sangat kecil sekali dan panjang. Benang itu menempel di ujung tongkat dan sebagian lagi terbang melayang mengikuti udara, yang akhirnya benang itu mengenai sebuah pohon kecil yang berada tidak jauh dari kolam itu. Dengan ini, laba-laba itu berhasil membuat jembatan sendiri yang kemudian ia pakai untuk menyebrangi kolam. Laba-laba ini selamat dan sukses menyelesaikan masalahnya dengan usahanya sendiri.
Dan laki-laki yang dari tadi memperhatikannya, merasa takjub dan bertambah keimanannya kepada Allah, ia yakin bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan satu pun mahluknya melankan Allah lengkapi dengan kelebihan yang ia mampu untuk menyelesaikan setiap masalahnya sendiri. Seperti apa yang dilakukan laba-laba ini.
Inti dari cerita ini, mengajarkan kita untuk tidak menyerah dan mudah putus asa, terhadap masalah apa pun itu. “la yukallifu Allah illa wus a’haa” sesungguhnya Allah tidak membebankan sesuatu itu kecuali kita mampu untuk mengatasinya. Orang yang beriman ia yakin akan pertolongan Allah, sebagaimana perkataan para sahabat kepada Rasul saat perang uhud,  “ya Rasululah kapan kah pertolongan Allah itu datang, ? jawab Rasul, “ sesungguhnya pertolongan Allah sangatlah dekat”
Buat teman-teman pembaca, ini sedikit kesimpulan yang dapat saya ambil dari cerita di atas, semoga bermanfaat, dan kalian bisa mengambil hikmah didalamnya. Kalau mungkin kalian menemukan kesimpulan sendiri yang jauh lebih baik, itu akan sangat bagus sekali. 


Tiada ulasan:

Catat Ulasan