Islam itu sangat indah sekali, kehidupan ini semuanya telah
di atur sedemikan rupa, sehingga salah besar, kalau kita hanya mengartikan
kata- addunya sijnun al mu’min wajannatul al kafirin- secara harfiyah saja. “Dunia adalah penjara untuk orang yang
beriman dan surga untuk orang kafir” seolah-olah akan tampak orang beriman
itu selalu susah, terbelakang, karena dunia ini adalah penjara, jadi wajar saja
kalau orang mu’min itu susah semuanya. Sedang mereka yang kafir, mereka pantas
kaya, mereka pantas hidup enak, karena dunia ini adalah surga buat mereka,
“kita nanti di akherat”.
Kata-kata “kita nanti di akherat” itu bukan berarti menjamin
hidup kita bakal enak nantinya di akherat, toh yang menjadi penilain nanti
adalah keimanan dan ketaqwaan kita, seberapa banyak amal kebajikan kita,
bagaimana kita bermuamalah dengan sesama, yang lucunya lagi, kalau kita hanya
“yakin” tanpa ada tindakan yang nyata untuk menggambarkan keyakinan kita.
Kata sijnun-penjara, memang pantas untuk orang mu’min yang
ada di dunia, karena kebebasan itu hanya ada di surga kelak, di dunia ini semua
penuh dengan aturan, aturan yang harus di taati dan aturan yang harus dijalani,
Islam itu mudah sekali, dan mempermudah semuanya untuk umatnya, tanpa kita
sadari Islam itu mempunyai banyak arti yang indah. Islam itu berserah diri,
taat, tunduk dan patuh. Bila kita sudah berserah diri, tentu kita tidak akan
lalai lagi, apalagi sengaja untuk lalai. Bila kita sudah taat, tentu tidak akan
terjadi perselisihan, tidak akan ada iri dengki dan hasud. Bila kita tunduk,
tentu kita akan merasa tenang dan damai, rasa tunduk itu melahirkan gerak yang
baik pada amal ibadah yang membawa sebuah kekuatan batin sehingga tak akan lagi
ada rasa jenuh, malas dan bosan, karena semua itu telah menjadi kebutuhan. Bila
kita patuh, tak kan
ada keluh kesah dan putus asa, karena Allah telah berjanji akan selalu bersama
orang yang sabar dan Allah sangat sayang kepada mereka.
Orang beriman, akan bersabar hidup di dunia, akan selalu
semangat dan gigih beramal soleh. Orang beriman itu tidak mudah terbawa emosi,
karena ia tahu, hal itu hanya akan merugikannya, dan mengurangi nilai
keikhlasannya, orang beriman itu mampu melalui berbagai macam cobaan dan
musibah, karena memang begitulah harusnya. “apakah kamu mengaku beriman, sedang
belum datang padamu, cobaan, guncangan dan berbagai macam musibah sebagaimana orang-orang
sebelummu” orang beriman itu mampu melalui itu semua karena mereka yakin, semua
telah Allah siapkan balasannya kelak dengan balasan yang sangat baik.
Lalu siapakah orang yang beriman itu, apakah anda, saya atau
kita semua. Beriman itu bahasa indonesia ,
dari kata iman yang mendapat imbuhan Ber- sehingga menjadi beriman, yang
artinya sedang dalam sebuah kegiatan atau memiliki. Iman itu sendiri di sadur
oleh indonesia
dari bahasa arab, yang asalnya amana-yu’minu, yang artinya meyakini tanpa ada
keraguan sedikitpun. Jadi orang yang beriman itu adalah orang yang meyakini
sesuatu itu dengan sangat yakin sekali tanpa ada keraguan sedikitpun darinya.
Apakah kita termasuk yang demikian itu ? silahkan jawab sendiri dalam hati.
Kemudian apa yang menjadi objek keimanan seorang yang
beriman itu, bila kita melihat dalam kitab ushuluddin, tentu jawabannya adalah
iman kepada Allah, sebagai dzat yang maha Esa, yang satu dan tak ada sekutu
baginya, dan ini lebih kita kenal dengan istilah tauhid. Apakah kemudian hanya
beriman kepada Allah saja, sebenarnya, iman kepada Allah saja sudah cukup
karena itu menyeluruh, akan sangat mustahil kita mengimani adanya Allah sebagai
pencipta alam semesta ini tanpa ada rasa “takut, dan harap”.
Tapi dalam kitab ushuludin itu di jelaskan kembali akan
rukun dalam iman, yakni hal-hal apa saja yang harus di imani, ini sangat
mendasar sekali, dan menjadi pondasi iman, hal ini harus benar-benar ditanamkan
sejak awal keislaman kita, dan rukun iman itu ada enam jumlahnya. Apa saja yang
harus kita imani, jelas yang pertama adalah iman kepada Allah, kedua iman
kepada Malaikat, ketiga iman rasul, empat iman kepada kitab-kitabNya, kelima
iman kepada hari kiamat dan ke enam iman kepada Qhada dan Qhadar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan