“apakah
sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu” tentu saja tidak, orang yang
tahu, ia diperumpamakan sebagai lahan yang subur, yang mengalir didalamnya mata
air, dan tumbuh berbagai macam tanaman, dan semua orang bisa mengambil
manfaatnya, sedang mereka yang tidak tahu, diperumpamakan sebagai lahan yang
tandus, tidak mengalir air didalamnya, dan tidak ada satupun tanaman yang
tumbuh, semua orang tidak dapat mengambil manfaat darinya.
Ketahuilah,
ilmu itu tidak di dapat dengan mudah dan secara Cuma-Cuma, haruslah ada usaha
dan kerja keras, kegigihan dan keinginan yang kuat. Ilmu bukan sesuatu yang
mudah habis, namun ia bisa hilang bila tidak diamalkan. Ilmu itu bagaikan
sebuah hewan buruan yang masih liar, yang mudah lepas kapan saja, dan ilmu juga
sangat mudah lepas dan hilang dari ingatan kita. Agar tak lepas, ikatlah buruan
itu dengan tali yang kuat, begitu juga ilmu, agar ia tak hilang ikatlah ia
dengan sebuah tulisan.
Didalam
kitab “ta’limul muta’alim” dijelaskan syarat menuntu ilmu itu ada enam perkara,
yang pertama adalah cerdas, cerdas
disini adalah dapat mengerti dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
yang kedua tamak, tamak artinya
memakai atau menggunakan sesuatu dengan berlebihan dan tidak pernah puas. Tamak
menjadi kunci sukses seseorang dalam mencari ilmu, karena seseorang yang puas
terhadap apa yang ia dapat dari ilmu adalah orang yang tidak mengerti tentang
ilmu itu sendiri, jangan pernah puas dengan apa yang kau dapatkan dari ilmu,
tapi puaslah terhadap harta yang telah kau dapatkan.
Akan
sangat panjang sekali pembahasannya untuk masalah tamak disini, agar tidak
terjadi salah paham, lebih baik kita mulai dari pengertian tamak. Tamak adalah
kata sifat, yang artinya “rakus/tidak pernah puas” dalam bahasa indonesia,
sedang tamak sendiri sebenarnya bersal dari bahasa arab, toma’a yang artinya
tidak pernah puas juga. Jadi kesimpulannya, kata tamak tu punya arti negatif,
ia termasuk kategori sifat yang tercela. Dimana-mana sifat tamak, rakus itu
sangat dibenci, tapi semua itu bisa dikatakan tercela dengan melihat subyeknya.
Contoh, orang yang rakus, dan tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki,
dalam soal istri saja, orang ini akan berpikir untuk menikah lagi, dan terus
akan seperti itu.
Kemudian
bagaimana dengan hukum tamak, dalam hal ini jelas, Allah dan RasulNya melarang
kita umat Islam untuk berlaku tamak dalam masalah dunia, tanpa harus saya
jelaskan apa saja yang berkaitan dengan dunia, karena kata dunia disini sudah
bisa dipahami maksudnya. Nah lalu kenapa kata tamak disini bisa termasuk
sebagai salah satu kunci sukses dalam belajar-menuntut ilmu, dalam berbagai
sarah, dijelaskan maksud dari tamak itu sendiri adalah, agar para pelajar
bersikap “tamak dalam mencari dan mempelajari ilmu” bersikap sungguh-sungguh
dan ulet dalam belajar, dan tidak cepat puas dengan apa yang ia dapat dari ilmu
itu sendiri, karena ilmu Allah itu begitu luas, adapun yang didapat oleh
manusia jika dibandingkan dengan ilmu Allah keseluruhan hanyalah serupa setetes
air di ujung jarum.
Tamak
terhadap ilmu sangat dianjurkan, dan itu menjadi salah satu kunci sukses dalam
belajar. Orang yang juara, bukanlah orang yang cerdas, melainkan orang yang
telah melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Maka tamaklah dalam ilmu,
dan janganlah pernah puas dengan apa yang kau dapat sekarang, terus belajar dan
berusaha untuk menjadi insan yang arif.
Syarat
yang ketiga, sabar, dalam mencari
ilmu, seseorang itu harus sabar, dan tidak boleh mudah menyerah, apalagi putus
asa, “dan janganlah kamu, berputus asa dari rahmat Allah” dan tidaklah yang
berputus asa melainkan orang kafir. Orang yang pintar dan mendapat gelar hebat,
bukan lah hal yang mudah, dan tidak ia lalui dengan santai begitu saja, banyak
cobaan, usaha, dan masalah yang harus dihadapi, tapi karena ia gigih dan sabar,
maka ia sukses. Kata kunci tetap pada “sabar”, maka bersabarlah dalam belajar,
karena semua membutuhkan proses.
Syarat
yang keempat, ada bekal, maksudnya
adalah, dalam belajar apa saja, kita harus punya modal, modal semuanya, mental,
kesiapan, dan lain-lain. Akan sangat mustahil rasanya kita belajar tanpa ada
bekal, tanpa ada alat penunjang untuk belajar atau fasilitas yang umum di pakai
untuk belajar. Untuk bisa lulus tk, seseorang harus membayar uang bulanan,
begitu juga sd, smp, dan sma. Semua itu harus ada bekal, karena tanpa yang satu
ini, akan sangat sulit sekali belajar. Untuk alat tulis saja misalkan, kita
harus membelinya di toko, dan itu harus dengan uang, ini pentingnya ada bekal,
bekal adalah uang, bekal adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dalam belajar.
Syarat
yang kelima, bersahabat dengan guru,
artinya kita harus banyak melakukan dialog dan diskusi kepada guru, menanyakan
banyak hal yang masih belumdimengerti tentang sebuah ilmu, bila tidak
bersahabat dengan guru, mana mungkin kita dapat penjelasan yang baik dan
sempurna, selain itu juga bersahabat dengan guru, akan menjadikan kita lebih
tenang dalam berpikir dan mendapatkan banyak solusi dari setiap persolan yang
kita hadapi, akan banyak nasehat yang kita dapat, dan masih banyak hal lain
yang tentu hanya kita dapat dari seorang guru, bersahabat dengan guru bukan
berarti menganggap guru sebagai teman, hanya saja maksudnya adalah kita akrab
dengan guru seperti kita akrab dengan teman, tanpa mengurangi rasa hormat dan
takdzim kepada guru, perlu diingat, menghormati guru merupakan salah satu
keharusan yang harus dilakukan seorang pelajar, untuk mendapatkan ilmu yang
berkah dan manfaat.
Syarat
yang keenam, dan ini yang terakhir, lama
waktunya, sudah jelas, tak ada orang yang dapat paham dan mengerti hanya
dengan sekali belajar. Butuh waktu yang lama, lama disini bukan berarti harus
bertahun-tahun, waktu yang lama ini erat kaitannya dengan sabar, jadi dalam
belajar kita harus sabar, membutuhkan
waktu yang lama. Contoh, untuk menyelesaikan S1 seorang harus menghabiskan
waktu 3-4 tahun di bangku mahasiswa, dan itu pun masih tidak menjamin kepahaman
dan kualitas keilmuannya benar-benar paham.
Intinya,
siapapun kita, dan dari kalangan manapun, selama ada keinginan untuk berubah
untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, kita akan sukses. Kunci sukses
belajar yang enam ini, bukan syarat mutlak, tapi semua itu harus kita terapkan
dalam kegiatan belajar kita, meski tidak harus ke enam-enamnya. “cobalah dan
perhatikan, maka kamu akan tahu”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan